Senin, 02 November 2009

Laporan Rantek Sumbawa

oleh
Nindito, SP
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Degradasi sumberdaya alam di Indonesia ditengarai semakin kritis, ini disebabkan semakin meningkatnya luas lahan kritis di Indonesia yang mencakup lahan di dalam kawasan hutan juga di luar kawasan hutan. Degradasi hutan dan lahan tersebut saat ini telah menjadi keprihatinan banyak pihak baik secara nasional maupun internasional. Terjadinya lahan kritis ini disebabkan oleh adanya deforestasi atau pengurangan kawasan hutan dan degradasi kualitas hutan yang terus meningkat. Pemerintah telah melakukan upaya pemulihan dan peningkatan kemampuan fungsi serta produktifitas hutan dan lahan melalui kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL).
Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) merupakan upaya strategis pembangunan nasional. Berdasarkan pengalaman masa lalu penyelenggaraan RHL tidak mampu mengimbangi laju deforestasi & degradasi hutan dan lahan, sehingga perlu dilakukan percepatan melalui program “Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan disingkat GN RHL yang lebih dikenal dengan Gerhan”. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai gerakan moral berskala nasional yang terencana dan terpadu, dengan melibatkan berbagai pihak terkait baik pemerintah, badan usaha milik pemerintah/swasta, TNI, maupun masyarakat.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud disusunnya Rancangan Teknis Reboisasi ini adalah untuk memberi pedoman dan arahan guna menjamin tercapainya tujuan dan sasaran kegiatan rebosasi yang dikehendaki.
Adapun tujuannya adalah tersusunnya dokumen rancangan teknis sebagai acuan teknis detil guna pelaksanaan kegiatan reboisasi di lapangan agar sesuai dengan kaidah teknis yang tepat guna baik dari aspek fisik, sosial, ekonomi dan budaya wilayah setempat sehingga pelaksanaan kegiatan dapat diselesaikan secara efektif dan efisien.

II. RISALAH UMUM
Lokasi kegiatan reboisasi Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Tahun 2008 di Kabupaten Sumbawa seluas 3.200 Ha, meliputi Desa Ongko Kecamatan Empang seluas 500 Ha (Pengkayaan),Desa Gapit Kecamatan Empang seluas 600 Ha (Penanaman Murni), Desa Prode Kecamatan Plampang seluas 800 Ha (Pengkayaan), Desa Mapin Beru Kecamatan Alas Barat seluas 400 Ha ( Penanaman Murni ), Desa Juru Mapin Kecamatan Buer seluas 300 Ha (Pengkayaan), Desa Kalabeso Kecamatan Buer seluas 250 Ha (Pengkayaan) Desa Mapin Rea Kecamatan Alas Barat seluas 300 Ha dan Desa Usar Mapin Kecamatan Alas Barat seluas 50 Ha ( Pantai Usar Mapin seluas 25 Ha dan Pulau Kalong seluas 25 Ha (Rehabilitasi Mangrove) Uraian lebih lanjut mengenai blok-blok tersebut sebagai berikut ;
A. BIOFISIK
BLOK ONGKO I DAN II
Letak Dan Luas
Letak Geografis :
Desa : Ongko
Kecamatan : Empang
Kabupaten : Sumbawa
DAS : Empang
Luas Areal : 500 Ha
Kelompok Hutan : Ampang Kampaja RTK 70


Penggunaan Dan Status Lahan
Status Lahan : Hutan Lindung
Jenis Kegiatan : Pengkayaan
Jenis Tanaman : Surren, Kesambi, Beringin, Sengon, Jambu Mete, Sukun dan Durian
Jarak Tanam dan Jumlah Bibit
Jarak Tanam : 5 m x 5 m
Jumlah Tanaman : 220.000 batang (440 batang/ha + 10 % sulaman)
Jumlah Bibit sulaman : 44.000 batang ( Pemeliharaan I)
Jenis Dan Kesuburan Tanah Jenis Dan Kesuburan Tanah
Jenis : Litosol
Konsistensi : Lembab
Struktur : Lempung Berliat
pH : -
Solum : 30 cm
Kesuburan : Sedang
Erosi : Peka
Tipe Iklim Dan Curah Hujan
Tipe : Schmidt & Ferguson B ( Q = 24 %)
Curah Hujan : 112.50 mm
Kelembaban Udara : 75.60 %
Suhu Rata - Rata : 26.90 oC




Tabel Curah Hujan Dan Hari Hujan
Curah Hujan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
Millimeter 205 478 127 100 0.7 - - - - - 67 374
Tabel Suhu Udara ( oC )
Suhu Udara Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
Maksimal 33.4 31.0 34.5 33.8 34.4 33.8 33.7 33.6 36.4 38.6 37.4 35.2
Minimal 21.3 22.4 21.0 21.3 20.3 18.6 19.0 17.0 18.2 19.2 22.2 22.3
Rata-rata 26.5 26.0 28.0 27.2 27.2 26.0 25.9 25.7 26.9 28.1 28.6 27.1
Tabel Kelembaban Udara ( % )
Kelembaban Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
Rata-rata 85 89 83 79 71 70 68 64 69 71 75 84
Sumber : Kabupaten Sumbawa dalam angka, Tahun 2005, BPS Kabupaten Sumbawa
Ketinggian Tempat Dan Topografi
Ketinggian : 100 mdpl
Topografi :

Tabel Klasifikasi Kelas Lereng
Kelas Lereng Klasifikasi Derajat Kemiringan
1
2
3
4
5 Datar
Landai
Agak Curam
Curam
Sangat Curam 0 – 8
9 – 15
16 – 25
26 – 40
Lebih Besar dari 40

Vegetasi.
Dari hasil inventarisasi diketahui penutupan lahan pada calon lokasi reboisasi berupa rumpun bambu, semak belukar dan liana
B. SOSIAL EKONOMI
Demografi
Wilayah Desa Ongko terbagi menjadi 6 dusun yaitu Dusun Ongko, Perigi, Latoa, Bina Karya, Maja Luar dan Maja Dalam dengan jumlah penduduk 2.274 orang dengan rincian sebagi berikut Dusun Ongko sebanyak 491 orang ( 240 Laki-laki dan 251 Perempuan ), Dusun Perigi sebanyak 424 orang ( 227 Laki-laki dan 197 Perempuan ), Dusun Latoa sebanyak 323 orang ( 179 Laki-laki dan 144 Perempuan ), Dusun Bina Karya sebanyak 256 orang ( 136 Laki-laki dan 120 Perempuan ), Dusun Maja Dalam sebanyak 378 orang ( 196 Laki-laki dan 182 Perempuan ) dan Dusun Maja Luar sebanyak 402 orang ( 194 Laki-laki dan 208 Perempuan ) Dengan penduduk sebagian besar asli Sumbawa dan kaum pendatang di desa ini relatif kecil.
Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk Desa Ongko sebagian besar adalah petani, mata pencaharian selain itu relative kecil jumlahnya, seperti pegawai negeri sipil, pedagang. Jenis tanaman yang biasa dibudidayakan adalah padi sawah, padi ladang, jagung, ketela, kedelai, kacang hijau, mangga, jambu mente dan kelapa
Penduduk Desa Ongko telah biasa memelihara hewan ternak diantaranya sapi, kuda, kerbau, kambing dan ayam jika dilihat secara kasat mata jumlahnya cukup banyak tetapi tidak ada data jumlah masing-masing hewan secara rinci.
Tenaga Kerja
Menurut informasi staf kantor desa ketersediaan tenaga kerja di Desa Ongko cukup banyak tetapi data resmi dan rinci belum tersusun.
Sarana Dan Prasarana
Desa Ongko adalah desa yang pembangunan sarana dan prasarana cukup maju ini terlihat dari fasilitas listrik jaringan PLN telah menjangkau hampir seluruh penduduk selama 24 jam perhari, sehingga perlengkapan alat elektronik sudah banyak dikenal oleh seluruh penduduk. Barang-barang elektronik seperti lemari es, televisi yang dilengkapi parabola sudah menjadi barang biasa bagi warga Ongko.
Di Desa Ongko sekitar lokasi kegiatan reboisasi telah terdapat berbagai fasilitas seperti Sekolah Dasar 2 buah, Sekolah Menengah Pertama 1 buah, Pos Kesehatan Pembantu 1 buah, Warung 30 buah, MCK umumnya setiap KK sudah memilikinya dan sudah terdapat bangunan sarana ibadah Masjid 4 buah. Untuk tempat-tempat tertentu disekitar Ongko sinyal telepon seluler cukup besar dan dapat dipakai untuk berkomunikasi.
Kelembagaan Masyarakat
Kelembagaan masyarakat yang ada di Desa Ongko terhitung sudah memadai ini terlihat dari telah terbentuknya berbagai lembaga seperti Pemerintah Desa, Pemerintah Dusun, LPM, BPD, PKK dan Koperasi.
Sosial Budaya
Menurut informasi dari masyarakat Desa Ongko kegiatan berladang di mulai dengan mencari lokasi bagi yang yang belum memiliki lahan biasanya di lakukan pada bulan September dan Oktober, lalu melakukan tebas tebang pada bulan itu juga, pembakaran lahan serta pembersihan lahan serta tugal tanam pada bulan Oktober akhir, penyiangan pada bulan Nopember dan panen pada bulan Januari dan Februari.
Musim hujan besar di Desa Ongko biasanya terjadi pada Nopember sampai dengan Maret dan beberapa hari diawal bula bulan April, musim kering bulan April sampai dengan Oktober, Musim Paceklik bulan September sampai dengan Oktober sedangkan musim buah terjadi pada bulan Nopember sampai dengan Januari.
Selain bertani dan berkebun masyarakat desa juga beternak memelihara sapi, kerbau, kuda, kambing atau ayam.
Budaya pada Desa Ongko adalah budaya masyarakat muslim jadi tidak ada acara atau upacara yang berbeda dengan daerah muslim lainnya. Budaya yang bersifat tradisionil saat sekarang sudah tidak dilakukan lagi.
Aksesibilitas
Desa yang terdekat dengan lokasi rancangan adalah Desa Ongko, Desa Ongko berjarak kurang lebih 16 Km dari kantor Kecamatan Empang ke arah timur, dengan kondisi jalan bervariasi, ± 8 Km merupakan jalan provinsi dengan kondisi baik dan ± 8 Km jalan aspal dengan kondisi rusak . Dari Desa Ongko ke lokasi rancangan melalui jalan pengerasan sepanjang ± 4 Km yang berakhir di bendungan kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki sepanjang ± 2 Km.

III. RANCANGAN KEGIATAN
A. PENGGUNAAN LAHAN
Lokasi Sasaran Reboisasi Hutan Dan Lahan Tahun 2008
Kabupaten : Sumbawa
DAS : Empang

No. Lokasi Kegiatan Luas Luas Sasaran RHL Jumlah Keterangan
HL HP
1.
2. Blok Ongko I
Blok Ongko II 200 Ha
300 Ha 200 Ha
300 Ha -
- 200 Ha
300 Ha KH. Ampang Kampaja
KH. Ampang Kampaja
JUMLAH 500 Ha

Pembagian kawasan menjadi blok kerja rantek merupakan pembagian kawasan dengan mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi teknis kehutanan dan pengelolaan hutan dalam suatu jangka waktu tertentu, Selanjutnya dilakukan pembentukan unit-unit pengelolaan yang lebih yakni petak kerja yang merupakan satu unit kesatuan pekerjaan teknis kehutanan dan administrasi, dimana semua tindakan dan pekerjaan teknis yang dilaksanakan dalam petak tersebut dicatat dan di monitor berdasarkan kode / nomor petak yang bersangkutan.
Luas blok, diatur sedemikan rupa sehingga satu blok memiliki luas berkisar antara 300 Ha, dan didalam suatu blok dibagi menjadi beberapa petak dengan luas sekitar 25 Ha. Batas blok / petak dibuat dengan mempertimbangkan batas-batas alam yang ada, jalan angkutan maupun batas-batas buatan. Apabila luas areal di suatu lokasi tidak memenuhi luasan minimal untuk satu blok, maka tidak menutup kemungkinan satu blok akan meliputi lebih dari satu lokasi/desa.
Kegiatan Pemeliharaan tanaman dilaksanakan pada tahun pertama ( T+1 atau setahun setelah penanaman ) dan tahun kedua (T+2, atau dua tahun setelah penanaman). Bahkan untuk jenis MPTS, pemeliharaan perlu terus dilakukan sampai tanaman tersebut menghasilkan. Akan tetapi karena keterbatasan dana, pembiayaan pemeliharaan tanaman hanya sampai 2 tahun setelah penanaman. Pada tahun berikutnya diharapkan warga sekitar dapat berpartisipasi dengan membantu pemeliharaan tanaman yang dimaksud.
Jenis kegiatan pemeliharaan tanaman tahun I dan tahun II pada prinsipnya sama dengan pemeliharaan tahun berjalan, yakni penyiangan, pendangiran, pemupukan dengan pelaksanaan setahun 2 kali, untuk kegiatan penyulaman dilakukan sekali pada awal musim hujan.
Pembuatan Bibit
a. Lokasi Persemaian/Pembibitan
Rancangan persemaian/pembibitan ini dibuat dengn memepertimbangkan ketersediaan air, iklim, kelembaban udara, hewan pengganggu seperti semut, tikus dan binatang perusak bibit lainnya serta sifat dan karakteristik jenis tanaman yang akan dibibitkan. Lokasi persemaian/pembibitan ditempatkan pada areal yang berdekatan dengan lokasi penanaman.
b. Prosedur Pembuatan Bibit
Bibit yang baik akan menghasilkan tanaman yang baik, oleh karena itu diperlukan prosedur tertentu dalam pembuatan bibit ini.
Kualitas bibit yang disediakan oleh penangkar harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut :
• Umur bibit cukup sesuai perkembangan normal jenis tersebut.
• Sehat dan tumbuh normal
• Tinggi tanaman antara 25 – 35 cm
• Akar belum keluar dari polybag
• Tanah dalam olybag tidak mudah terhambur
• Polybag cukup kuat untuk tidak rusak dalam pengangkutan
• Tanah dalam polybag harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai media tumbuh semai yang baik.

Untuk menilai kualitas bibit yang disediakan oleh penangkar maka diperlukan satu tim khusus, paling tidak terdiri dari 3 orang ahli Silvikultur untuk memberikan penilaian.

Apabila bibit disediakan melalui persemaian/pembibitan, maka pembibitan perlu dirancang secara baik dan dilakukan sesuai persyaratan yang dibutuhkan oleh tanaman yang disemaikan. Kegiatan persemaian/pembibitan harus memenuhi kriteria antara lain :
• Dekat dengan lokasi penanaman dan sumber air
• Benih berasal dari pohon induk yang baik atau benih bersertifikat
• Media tumbuh (tanah dan polybag) harus baik.
• Polybag harus memenuhi syarat-syarat tebal dan lubang aerasi
• Pembuatan persemaian dengan pemadatan tanah bebas tanaman pengganggu, bebas akar dan tunggak.

Air untuk penyiraman dapat diambil dari sumber air dekat persemaian atau diambil dari tempat lain yang dialirkan melalui pipa ke lokasi pembibitan. Air harus tersedia sepanjang bibit masih ada dipersemaian.
Bak kecambah yang digunakan berukuran (50 x 50 x 20) cm. Bak kecambah diisi dengan campuran tanah, pasir dan pupuk kandang halus yang sudah kering dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Setelah bibit cukup umur, yaitu pada saat sudah terdapat 4 – 5 daun maka kecambah tersebut dipindahkan ke polybag. Polybag yang digunakan adalah yang berukuran diameter 7 – 15 cm dengan ketebalan yang cukup sehingga tidak mudah sobek.
Untuk jenis tanaman dengan biji cukup besar seperti kemiri, mahoni dan jambu mete dapat disemai dipersemaian atau langsung di polybag. Biji-biji yang telah diberi perlakuan dideder dengan jarak yang cukup dan diberi naungan. Kondisi kelembaban tanah selama pendederan perlu tetap dipertahankan agar biji dapat berkecambah secara normal. Tempat pendederan harus bebas dari semut, anai-anai dan hewan perusak lainnya.
Pengangkutan bibit dari persemaian yang dilakukan di luar areal perlu dikondisikan terlebih dahulu sebelum ditanam. Lokasi pengkondisian bibit ini ditempatkan pada setiap blok penanaman. Pengangkutan bibit ke lokasi pengkondisian dilakukan dengan kendaraan roda empat (truck atau pickup). Bibit harus disusun secara rapi diatas bak truk atau pick up sehingga tidak mengalami kepanasan yang dapat mengganggu kesehatan bibit.
Pengangkutan bibit dari tempat pengkondisian bibit ke lubang tanam dilakukan dengan cara dipikul atau diangkat dengan kuda atau hewan lainnya atau mobil angkut. Agar bibit tidak rusak maka dalam pengangkutan ini bibit diatur rapi dalam keranjang atau diatas mobil/gerobak.
Apabila persemaian dilakukan di areal penanaman maka hendaknya persemaian ini dibuat pada setiap blok, apabila kondisi untuk itu memungkinkan. Pengangkutan bibit ke lubang penanaman dilakukan pada hari yang sama dengan penanaman. Pengangkutan bibit ini dapat dilakukan dengancara dipikul atau menggunakan gerobak/pick up. Dalam proses pengangkutan ini diupayakan agar kantong-kantong plastik tidak pecah, yang dapat menyebabkan kerusakan dan bahkan kematian bibit.
B. POLA TANAM
Pola tanam yang akan diterapkan pada kegiatan reboisasi kali ini adalah pola tanam mengelompok, dimana tanaman kayu-kayuan dan MPTS masing-masing ditanam secara mengelompok, Susunan tata letak tanaman mengikuti pola tanam, sebagai berikut :
• Sebagai area pelindung batas kawasan ditanam jenis kayu – kayuan selebar 2 lapis pada sisi luar yang langsung berhadapan dengan kegiatan masyarakat atau pemukiman, dengan tujuan sebagai tanaman pelindung ( buffer) / kawasan hutan.
• Jenis MPTS ditanam pada baris berikutnya, kemudian Jenis kayu - kayuan sisanya di tanam pada baris di belakang jenis MPTS, mengarah ke hutan bagian dalam.

Untuk lebih jelasnya, gambar bentuk pola tanam dapat dilihat pada lampiran 5.


C. SARANA DAN PRASARANA
Pembangunan sarana dan prasarana pendukung dimaksudkan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan pembuatan tanaman reboisasi. Optimalisasi, efisiensi dan efektifitas pendayagunaan sarana dan prasarana tersebut disamping dipengaruhi oleh jumlah/kuantitas , spesifikasi dan kualitasnya, juga akan sangat tergantung pada ketepatan spasi/kerapatan jalan dan ketepatan tata letaknya yang disesuaikan dengan spesifikasi dan intensitas kebutuhan sepanjang periode pelaksanaan kegiatan pembuatan tanaman reboisasi. Sarana dan prasarana ini perlu dirancang sedemikian rupa sehingga keberadaannya benar-benar dapat mendukung kelancaran kegiatan pelaksanaan pembuatan tanaman reboisasi.
Jalan Pemeriksaan/Inspeksi
Salah satu faktor keberhasilan pelaksanaan kegiatan pembuatan tanaman reboisasi sangat ditentukan oleh adanya jaringan jalan pemeriksaan/inspeksi. Jalan pemeriksaan/inspeksi tersebut bertujuan untuk memperlancar transportasi dan pengangkutan bahan dari suatu tempat ke tempat lain, selain itu juga untuk mempermudah nantinya dalam pengawasan/monitoring pada saat pelaksanaan kegiatan.
Pondok kerja
Pondok/Gubuk Kerja, direncanakan sebanyak 1 buah untuk setiap 50 Ha, yang berfungsi sebagai pusat kegiatan reboisasi/ rehabilitasi setiap 2 petak, khususnya pondok kerja difungsikan tempat untuk koordinasi pekerjaan secara umum bisa difungsikan sebagai tempat istrirahat pelaksana reboisasi/ reahabilitasi.
Bangunan pondok kerja dibuat sederhana yaitu atap seng, dinding papan dengan tahapan pekerjaan perancangan, persiapan pelaksaanaan dan pemeilharaan. Setiap areal dengan luasan 100 ha minimal 1 buah pondok kerja. Rancangan pondok kerja dilengkapi dengan gambar dan rencana anggaran biaya.
( Gambar bisa dilihat pada lampiran )
Papan Nama Kegiatan
Papan nama dipasang ditempat strategis. Papan nama kegiatan berukuran 120 x 90 cm terbuat dari papan yang diketam halus dan di cat warna dasar hijau dengan tulisan warna putih, dipasang menggunakan broti setinggi 160 cm dari permukaan tanah dan ditanam sedalam 50 cm. ( Gambar bisa dilihat pada lampiran )

Papan Nama Petak
Papan nama petak adalah patok yang diberi lembaran yang terbuat dari papan/seng plat bertuliskan nama petak yang dipasang pada petak dimaksud dan dapat pula dipasang diantara dua petak. Papan nama petak dibuat dengan ukuran 50 x 20 cm dan diberi tiang dengan ketinggian 100 cm dari permukaan tanah dan ditanam sedalam 30 cm.
( Gambar bisa dilihat pada lampiran )
Patok Arah Larikan
Patok arah larikan dipergunakan sebagai tanda dilapangan dimana nantinya akan dibuat jalur tanam. Petak arah larikan terbuat dari kayu yang mudah diperoleh disekitar lokasi kegiatan dengan ukuran panjang 100 – 150 cm dan diameter 2 – 3 cm.
( Gambar bisa dilihat pada lampiran )

D. KEBUTUHAN DAN JENIS BIBIT
Komposisi bibit yang direncanakan untuk kegiatan pengkayaan sebagai berikut :
Blok : Ongko I
Luas : 200 Ha
No. Kebutuhan Bibit Jumlah Batang Jumlah
Pengkayaan Pemeliharaan I
1. Kayu-kayuan
- Suren
- Kesambi
- Beringin
- Sengon
17.600
13.200
17.600
17.600
3.200 2.400
3.200
3.200
20.800
15.600
20.800
20.800
2. MPTS
- Jambu Mete
- Sukun
- Durian
8.800
4.400
8.800
1.600
800
1.600
10.600
5.200
10.600
Jumlah Total 88.000 16.000 104.000


Blok : Ongko II
Luas : 300 Ha
No. Kebutuhan Bibit Jumlah Batang Jumlah
Pengkayaan Pemeliharaan I
1. Kayu-kayuan
- Suren
- Kesambi
- Beringin
- Sengon
17.600
13.200
17.600
17.600
3.200 2.400
3.200
3.200
20.800
15.600
20.800
20.800
2. MPTS
- Jambu Mete
- Sukun
- Durian
8.800
4.400
8.800
1.600
800
1.600
10.600
5.200
10.600
Jumlah Total 88.000 16.000 104.000
Catatan :
- Jumlah bibit saat penanaman + 10 % untuk penyulaman
- Jumlah bibit saat pemeliharaan I adalah 20 % dari penanaman